Loading...

KEMBANGKAN DESA SDGs, PRODI PENYULUHAN PERTANIAN UNEJ GANDENG KEMENKO PEREKONOMIAN DAN DESA TANGGAP PERUBAHAN IKLIM

  hendri      04 November 2024

Indonesia telah mengadopsi Sustainable Development Goals (SDGs) dalam pencapaian tujuan pembangunan nasional termasuk dalam pembangunan perdesaan. Bahkan dari 17 tujuan yang ada dalam SDGs, telah dikembangkan menjadi 18 tujuan untuk pembangunan perdesaaan atau biasa disebut dengan SDGs Desa Bangun. Adapun tambahan tujuan tersebut berkaitan dengan kelembagaan desa dinamis dan budaya adaptif.

Tujuan pembangunan sebagaimana termaktub dalam SDGs ternyata selaras dengan visi Prodi Penyuluhan Pertanian Fakultas Pertnanian Universitas Jember (Faperta Unej). Dinyatakan dalam visinya, Prodi Penyuluhan Pertanian merupakan penyelenggara pendidikan tinggi yang unggul dalam program pendidikan sarjana di bidang penyuluhan pertanian yang berorientasi pada pertanian industrial berwawasan lingkungan.

Merespon kondisi ini, pada rabu (30/10) Prodi penyuluhan Pertanian menggelar seminar nasional bertajuk Eksistensi Pertanian dan Masyarakat Pedesaan Untuk Pencapaian SDGs. Perhelatan yang secara resmi dibuka oleh Dekan Faperta, Prof M. Rondhi, S.P., M.P., Ph.D diikuti oleh kepala dinas yang memiliki tupoksi pembangunan pertanian dan perdesaan se-Kabupaten Jember, Koordinator penyuluh Pertanian se-kabupaten Jember serta dosen dan mahasiswa di lingkungan Faperta Unej. Menariknya lagi acara ini juga dihadiri oleh dosen  dan peneliti dari berbagai pelosok nusantara baik yang hadir secara offline maupun online.

Lenny Widjayanthi, SP., M.Sc., Ph.D selaku koordinator Program Studi Penyuluhan Pertanian mengatakan bahwa kegiatan bertujuan selain menjadi wahana publikasi / diseminasi riset dan pengabdian juga untuk penguatan jejaring kerjasama dengan pihak lain dalam pembangunan masyarakat perdesaan. “Setidaknya kita akan memperoleh informasi dan pemahaman dari para pemateri yang berasal dari birokrat, praktisi desa dan akademisi” jelasnya.

Memang acara ini menghadirkan pemateri Rr. Yuli Sri Wilanti (Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Hortikultura Kemenko Perekonian RI) dari unsur birokrat. Pemateri praktisi menghadirkan Eko Margono (Sekertaris Desa Wonocoyo Trenggalek), sebuah desa yang sarat dengan penghargaan terutama sebagai desa tanggap perubahan iklim. Sementara Dr. Sudarko menjadi pemateri yang memberikan penjelasan dari perspektif akademisi.

Dalam pemaparannya Yuli mengintroduksi program nasional Closed Loop sebagai jawaban atas tingginya angka kemiskinan yang masih berpusat di kawasan pedesaan. “Closed loop ini merupakan model kemitraan yang berupaya menghubungkan rantai pasok pertanian dari hulu hingga hilir dengan dukungan teknologi digital, praktik budidaya yang baik (GAP), sistem logistik terintegrasi, dan jaminan pasar yang stabil” jelas Yuli. Sebagai program yang relatif baru maka menurut alumni UGM ini, perlu ada dukungan akademisi.

“Desa kami telah mengimplementasikan seluruh poin-poin tujuan SDGs” papar Eko Margono dalam kesempatan tersebut. Maka tidak mengherankan jika Desa Wonocoyo berhasil meraih berbagai anugerah penghargaan baik tingkat kabupaten, provinsi maupun nasional. Desa Wonocoyo bahkan menjadi pemenang Desa Proklim Lestari oleh Kementerian LHK. Sebuah anugerah tertinggi yang diberikan kepada desa yang tanggap terhadap perubahan iklim ungkapnya. Sekertaris desa yang juga menjadi aktivis konservasi penyu ini juga membuka peluang jejaring dengan Unej untuk pengembangan kedua pihak.

Sementara itu Sudarko yang tak lain adalah dosen Prodi Penyuluhan Pertanian turut menyoroti peran pertanian dan perwujudan SDGs. “Penyuluh pertanian memiliki peran strategis dengan kompetensi berbasis keilmuan, inovasi, informasi dan komunikasi yang dimiliki” ungkap Sudarko.

Kegiatan seminar ini ternyata benar-benar menjadi ajang diskusi yang komprehensif. Terbukti bukan saja ada  informasi, wawasan serta pengetahuan baru yang disampaikan namun juga masukan yang sangat bermanfaat. Adi Wijaya, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Jember yang hadir dalam agenda ini menyoroti pentingnya sinergitas program pembanguna desa.”Perlu ada kejelasan sampai sejauh mana intervensi  diijinkan untuk membatasi perencanaan di desa tidak keluar dari sinergitas perencanaan di kabupaten maupun tingkatan pemerintah selanjutnya”  pungkasnya.

Memang pembangunan masyarakat perdesaan tak dapat berjalan sendiri namun memerlukan sinergitas. Maka tak pelak jika dalam poin tujuan SDGs Desa ada tambahan poin tujuan berupa kelembagaan desa dinamis dan budaya desa adaptif. Semoga!